Riau Pos - PULUHAN Warga ruli Grya Batuaji Asri, Sagulung, menggelar unjuk rasa di depan Kantor Walikota Batam, Batam Center. Mereka yang tinggal di sekitar lokasi penimbunan Limbah ferrosand itu mendesak Pemerintah memberikan jaminan kesehatan dan lingkungan yang bersih.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pemerintah kota menindak tegas PT. Jace Octavia Mandiri (JOM) selaku importir ferrosand agar segera mengeskpor Limbah B3 tersebut. Tak hanya warga, aksi protes itu juga di ikuti PMII Batam, LSM, dan aktivis lingkungan hidup. Mereka datang bersamaan menggunakan mobil. Setibanya di pintu gerbang, pengunjuk rasa itu lansung dihadang puluhan petugas Samapta Poltabes Balerang, yang membentuk barikade barisan. Di baris belakang ada petugas Satpol PP Pemko Batam.
Warga mengusung beberapa lembar kertas kartun dengan tulisan bernada kecaman. Di antaranya, ”Hanya satu kata, lawan PT JOM”, “Dinkes banyak omong, Wako banyak cerita”. Mereka bergantian menyuarakan protesnya. Pengunjuk rasa itu meminta Walikota Batam Ahmad Dahlan menemui mereka. Namun, yang di tunggu tak kunjung muncul. Akhirnya, disepakati perwakilan pengunjuk rasa di perbolekan masuk. Bertempat di lantai IV gedung Pemko Batam, mereka diterima Kepala Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) Batam Dendi Purnomo, Kepala Dinas Kesehatan Mawardi Badar, dan Kepala Satpol PP Azman. Ari, perwakilan warga mengatakan, ia kecewa dengan pemerintah. Banyak warga yang terkena gatal-gatal sejak limbah ferrosand di tumpuk di sekitar tempat tinggal mereka. “Anak saya gatal-gatal, sesak napas. Saya mohon limbahnya dibuang saja,” protes perwakilan warga lainya.
Andre, warga lainya bahkan membawa botol mineral berisi air kolam, yang selama ini mereka kosumsi. Air tersebut keruh. ”Ini kami pakai mandi, cuci, masak,” katanya, sambil mengangkat-angkat botol tersebut. Sementara ketua umum PMII Batam Sudianto menyesalkan sikap Bapedalda yang dinilai lamban mengatasi masalah tersebut. “Sudah ketemu dengan pak Dendi, tapi tak ada realisasi. Kami minta kepastian re-ekspor,” kecamnya.
Menanggapi protes itu, Dendi Purnomo mengatakan, pihaknya tidak tinggal diam menyikapi masalah limbah ferrosand. Ia mengaku sudah menempuh berbagai upaya mendesak PT. JOM segera mere-ekspor limbah B3. Dendi mengatakan, kasus ini sedang diselidiki Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KLH). Sudah ada 16 saksi yang diperiksa. “Kita minta KLH percepat penyelidikan dan cepat tahu siapa tersangkanya,” katanya.
Sementara Mawardi Badar mengatakan, hasil penelitian pihaknya, air kolam yang berada dilingkungan warga itu memang tak layak komsumsi. Untuk membuktikan penyakit gatal-gatal yang mendera warga disebabkan karena limbah, kata dia, diperlukan penelitian lebih lanjut. Dari hasil diagnosa sanitasi medis, masih Mawardi, warga telah menderita penyakit kulit akibat infeksi pada umumnya dan menderita dermatitis (alergi kulit) non spesifik. Itu lebih disebabkan oleh faktor hiegene dan sanitasi perorangan dan lingkungan yang kurang bersih. Dalam pertemuan itu, pemerintah juga berjanji akan menyuplai kebutuhan air bersih bagi warga.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pemerintah kota menindak tegas PT. Jace Octavia Mandiri (JOM) selaku importir ferrosand agar segera mengeskpor Limbah B3 tersebut. Tak hanya warga, aksi protes itu juga di ikuti PMII Batam, LSM, dan aktivis lingkungan hidup. Mereka datang bersamaan menggunakan mobil. Setibanya di pintu gerbang, pengunjuk rasa itu lansung dihadang puluhan petugas Samapta Poltabes Balerang, yang membentuk barikade barisan. Di baris belakang ada petugas Satpol PP Pemko Batam.
Warga mengusung beberapa lembar kertas kartun dengan tulisan bernada kecaman. Di antaranya, ”Hanya satu kata, lawan PT JOM”, “Dinkes banyak omong, Wako banyak cerita”. Mereka bergantian menyuarakan protesnya. Pengunjuk rasa itu meminta Walikota Batam Ahmad Dahlan menemui mereka. Namun, yang di tunggu tak kunjung muncul. Akhirnya, disepakati perwakilan pengunjuk rasa di perbolekan masuk. Bertempat di lantai IV gedung Pemko Batam, mereka diterima Kepala Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) Batam Dendi Purnomo, Kepala Dinas Kesehatan Mawardi Badar, dan Kepala Satpol PP Azman. Ari, perwakilan warga mengatakan, ia kecewa dengan pemerintah. Banyak warga yang terkena gatal-gatal sejak limbah ferrosand di tumpuk di sekitar tempat tinggal mereka. “Anak saya gatal-gatal, sesak napas. Saya mohon limbahnya dibuang saja,” protes perwakilan warga lainya.
Andre, warga lainya bahkan membawa botol mineral berisi air kolam, yang selama ini mereka kosumsi. Air tersebut keruh. ”Ini kami pakai mandi, cuci, masak,” katanya, sambil mengangkat-angkat botol tersebut. Sementara ketua umum PMII Batam Sudianto menyesalkan sikap Bapedalda yang dinilai lamban mengatasi masalah tersebut. “Sudah ketemu dengan pak Dendi, tapi tak ada realisasi. Kami minta kepastian re-ekspor,” kecamnya.
Menanggapi protes itu, Dendi Purnomo mengatakan, pihaknya tidak tinggal diam menyikapi masalah limbah ferrosand. Ia mengaku sudah menempuh berbagai upaya mendesak PT. JOM segera mere-ekspor limbah B3. Dendi mengatakan, kasus ini sedang diselidiki Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KLH). Sudah ada 16 saksi yang diperiksa. “Kita minta KLH percepat penyelidikan dan cepat tahu siapa tersangkanya,” katanya.
Sementara Mawardi Badar mengatakan, hasil penelitian pihaknya, air kolam yang berada dilingkungan warga itu memang tak layak komsumsi. Untuk membuktikan penyakit gatal-gatal yang mendera warga disebabkan karena limbah, kata dia, diperlukan penelitian lebih lanjut. Dari hasil diagnosa sanitasi medis, masih Mawardi, warga telah menderita penyakit kulit akibat infeksi pada umumnya dan menderita dermatitis (alergi kulit) non spesifik. Itu lebih disebabkan oleh faktor hiegene dan sanitasi perorangan dan lingkungan yang kurang bersih. Dalam pertemuan itu, pemerintah juga berjanji akan menyuplai kebutuhan air bersih bagi warga.