Abrasi di pesisir pantai Bengkalis terus terjadi. Meski telah memusnahkan puluhan hektar kebun warga, namun kerusakkan lingkungan tersebut tak kunjung diatasi.
Riauterkini-BENGKALIS- Abrasi atau penggerosan akibat air laut sepanjang bibir pantai Selatmalaka seolah tidak terkendali, dari pantauan Riau terkini di sejumlah tempat seperti di Desa Bantan Air dan Desa Jangkang abrasi sangat parah, meskipun upaya penanaman kayu api-api sebagai pemecah gelombang sudah ditanam di areal rawan abrasi namun belum berdampak apa-apa terhadap kurangnya hantaman gelombang air laut ke bibir pantai.
Salah seorang warga Dusun Papal Bantan Bengkalis Tumadi (62) mengaku akibat gelombang air laut, lahan perkebunan miliknya sudah habis menjadi laut sekitar 800 depapersegi atau sekitar 1.360 meterpersegi sejak dirinya menetap di wilayah tersebut, bahkan ini belum termasuk milik warga yang lain.
" Lahan milik kami saja udah ratusan depa hilang, kalo dengan yang lainnya bisa mencapai puluhan hektar sudah jadi laut di tempat ini, gerosan laut memang parah koq," ungkapnya kepada riauterkini, Ahad (18/10/2009) di Bantan.
Menurut Tumadi, pemilik lahan diareal laut lebih memilih jalan paling cepat agar bisa memanfaatkan lahan yang terus terancam gelombang air laut itu, yaitu pemilik kebun lebih memanfaatkan tanahnya untuk membuat batu-bata, dengan alasan jika ditanami karet atau sejenisnya tidak bakal memetik hasilnya karena sudah habis jadi laut.
"Warga pemilik lahan disini, mau tidak mau rebutan dengan laut jadi secepatnya kami harus manfaatkan tanah untuk Batu-bata agar bisa menghasilkan uang, kalau ditanam karet atau lainnya nggak jamin menikmati, malah buruan laut yang menghabiskan lahan," imbuhnya.***(dik)
Riauterkini-BENGKALIS- Abrasi atau penggerosan akibat air laut sepanjang bibir pantai Selatmalaka seolah tidak terkendali, dari pantauan Riau terkini di sejumlah tempat seperti di Desa Bantan Air dan Desa Jangkang abrasi sangat parah, meskipun upaya penanaman kayu api-api sebagai pemecah gelombang sudah ditanam di areal rawan abrasi namun belum berdampak apa-apa terhadap kurangnya hantaman gelombang air laut ke bibir pantai.
Salah seorang warga Dusun Papal Bantan Bengkalis Tumadi (62) mengaku akibat gelombang air laut, lahan perkebunan miliknya sudah habis menjadi laut sekitar 800 depapersegi atau sekitar 1.360 meterpersegi sejak dirinya menetap di wilayah tersebut, bahkan ini belum termasuk milik warga yang lain.
" Lahan milik kami saja udah ratusan depa hilang, kalo dengan yang lainnya bisa mencapai puluhan hektar sudah jadi laut di tempat ini, gerosan laut memang parah koq," ungkapnya kepada riauterkini, Ahad (18/10/2009) di Bantan.
Menurut Tumadi, pemilik lahan diareal laut lebih memilih jalan paling cepat agar bisa memanfaatkan lahan yang terus terancam gelombang air laut itu, yaitu pemilik kebun lebih memanfaatkan tanahnya untuk membuat batu-bata, dengan alasan jika ditanami karet atau sejenisnya tidak bakal memetik hasilnya karena sudah habis jadi laut.
"Warga pemilik lahan disini, mau tidak mau rebutan dengan laut jadi secepatnya kami harus manfaatkan tanah untuk Batu-bata agar bisa menghasilkan uang, kalau ditanam karet atau lainnya nggak jamin menikmati, malah buruan laut yang menghabiskan lahan," imbuhnya.***(dik)