Minggu, 30 Agustus 2009

Lowongan Kerja | Perusahaan Biodisel dan Refinary

Perusahaan Biodisel dan Refinary, membutuhkan tenaga kerja terampil dan berwawasan tinggi, untuk ditempatkan pada posisi:
A. Supervisor Refinary (SR)
B. Supervisor Biodiesel Plant (SBP)
C. Shift Leader Refinary (SLR)
D. Shift Leader Biodiesel (SLB)
E. Shift Leader Analys (SLA)
F. Analys (AN)
G. Instrument Technician (ITC)
H. Supervisor Powerplant (SP)
I. Mandor Power Plant (MPP)
J. Operator Power Plant (OPP)
K. Sustainability Head (SH)
L. Sustainability Officer (SO)

Persyaratan:


1. Pria berbadan sehat, jasmani dan rohani dengan tinggi minimal 165 cm, usia maksimal 35 th (A-J), 30-40 th (SH), 25-30 (SO).
2. Pendidikan min. SMA/SMK (C,D,E,F,G,I,J) dan min. DIII (A,B,H) sesuai bidangnya dan diutamakan sudah berpengalaman min. 3 th.
3. Untuk kode SH dan SO ; Pendidikan min. S1, dan IPK min. 3.0, Mampu mengoperasikan komputer, kemampuan Bahasa Inggris Aktif (SH), Pasif (SO), mempunyai pengalaman proses QMS dan EMS Perkebunan kelapa sawit, Pernah mengikuti proses pengembangan Sertifikasi RSPO, Memiliki kemampuan komunikasi yang balk dengan stakeholders dan menyukai pekerjaan diluar ruangan.
4. Memiliki inisiatif, motivasi dan kemampuan analisa, dan mempunyai pengetahuan dalam proses pengolahan kelapa sawit.
5. Memiliki jiwa kepemimpinan, semangat belajar yang tinggi,jujur dan menyukai tantangan.
6. Bersedia mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Berta menjalani ikatan dings selama 3 tahun.
7. Bersedia ditempatkan di wilayah kerja Perusahaan



Surat lamaran lengkap dikirim selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah ikan ini dimuat dengan mencantumkan KODE LAMARAN disudut kanan amplop ke:

PO BOX 1076
PEKANBARU - RIAU



CATATAN:

1. Info lowongan ini adalah iklan yang diterbitkan dalam bentuk cetak di koran harian Riau Pos
2. Iklan yang diterbitkan hanya berupa iklan paket atau display, bukan iklan BARIS
3. Hingga saat ini layanan ini adalah gratis atau merupakan bonus bagi pemasang iklan lowongan di koran Riau Pos, sehingga pemasang iklan di koran TIDAK DAPAT MENUNTUT KAMI jika iklannya tidak dimuat pada versi online ini, KECUALI ada perjanjian
4. Jika anda ingin memastikan iklan anda juga tampil secara online dapat menghubungi kami
5. Jika anda hanya ingin menampilkan iklan lowongan pada versi online dapat dilakukan dengan Rp100.000,- per iklan dengan masa online maksimal 1 (satu) bulan atau sesuai dengan kebutuhan anda
6. Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi kami atau email ke info@riaupos.com.





BACA SELENGKAPNYA - Lowongan Kerja | Perusahaan Biodisel dan Refinary

Selasa, 25 Agustus 2009

Lowongan Kerja | WORKSHOP OPERATOR (WO)

Kami Perusahaan Sub Kontraktor Jasa Perminyalkan & Gas Bumi membutuhkan
WORKSHOP OPERATOR (WO)
yang akan ditugaskan untuk operasi klien kami, perusahaan yang bergerak di bidang jasa teknologi dan solusi bagi industri minyak dan gas bumi
Kami memberikan peluang berkarir bagi Anda dengan kualifikasi sebagai berikut :

1. Pria / Wanita. Usia maximum 30 tahun dengan kondisi badan sehat dan tinggi minimum 160 cm.
2. Tamatan STM, SMK atau SMA (Sederajat).
3. Pro aktif, ambisius, inisiatif dan mampu bekerja dalam suatu team.
4. Mampu menulis dan berbicara dalam Bahasa Inggris (Pasif).
5. Mampu mengoperasikan Komputer, minimal Program MS. Office.
6. Diutamakan bagi yang mempunyai pengalaman mengendarai Forklift.

Jika Anda adalah orang yang tepat untuk posisi tersebut di alas, Kirimkan Surat Lamaran dengan mencantumkan Kode (WO) pads Amplop Lamaran Anda dengan melampirkan CV, Photocopy KTP, Photocopy Ijazah, Surat Keterangan Berbadan Sehat dan Pas Photo 3 X 4 (2 Lembar) Berta No. Telepon yang dapat dihubungi, ke :

PO BOX 69 Duri

Lamaran paling lambat diterima
Tgl. 30 September 2009

Hanya yang memenuhi kualifikasi tersebut diatas yang akan dipanggil untuk mengikuti Test Penerimaan.

Surat Lamaran dan CV yang sudah dikirimkan tidak bisa diambil kembali.



CATATAN:

1. Info lowongan ini adalah iklan yang diterbitkan dalam bentuk cetak di koran harian Riau Pos
2. Iklan yang diterbitkan hanya berupa iklan paket atau display, bukan iklan BARIS
3. Hingga saat ini layanan ini adalah gratis atau merupakan bonus bagi pemasang iklan lowongan di koran Riau Pos, sehingga pemasang iklan di koran TIDAK DAPAT MENUNTUT KAMI jika iklannya tidak dimuat pada versi online ini, KECUALI ada perjanjian
4. Jika anda ingin memastikan iklan anda juga tampil secara online dapat menghubungi kami
5. Jika anda hanya ingin menampilkan iklan lowongan pada versi online dapat dilakukan dengan Rp100.000,- per iklan dengan masa online maksimal 1 (satu) bulan atau sesuai dengan kebutuhan anda
6. Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi kami atau email ke info@riaupos.com.





BACA SELENGKAPNYA - Lowongan Kerja | WORKSHOP OPERATOR (WO)

Kamis, 20 Agustus 2009

Lowongan Kerja | National Oil & Gas Major EPC Company

We are National Oil & Gas Major EPC Company based in Jakarta is looking for the excellent right candidate to joint with our team as:

1. QC Engineer (Code : Q-Eng)
2. QC Inspector (Code : Q-Ins)
3. Engineer (Code:ENG)
4. Surveyor (Code: SUR)

Qualifications and experience
- University Degree in Engineering (QC Engineer & Engineer)
- Min. High School (QC Inspector & Surveyor)
- Min. 1 year working experience in Power Plant Project
- Be good in both written and spoken English
- Familiar with standard code in related positions
- Strong computer literate
- Strong interpersonal skill

Interest candidates who fulfill the requirement are invited to send application letter, detail CV and recent photograph immediately by indicating job code in left up corner of envelop, to:

PROJECT MANAGER
PO BOX 23 PERAWANG

Only short listed candidates will be invite interview.




BACA SELENGKAPNYA - Lowongan Kerja | National Oil & Gas Major EPC Company

Sabtu, 15 Agustus 2009

Lowongan Kerja | Sub Kontraktor Jasa Perminyakan & Gas Bumi

Kami Perusahaan Sub Kontraktor Jasa Perminyakan & Gas Bumi membutuhkan PENGEMUDI TRAILER (HV-R) yang akan ditugaskan untuk operasi klien kami, perusahaan yang bergerak di bidang jasa teknologi dan solusi bagi industri minyak dan gas bumi.
Kami memberikan peluang berkarir bagi Anda dongan kualifikasi sbb :

1. Pria, maximum 42 tahun clan tinggi minimum 165 cm.
2. Tamatan SLTA (Sederajat).
3. Telah mempunyai SIM B2 minimum 2 tahun.
4. Mempunyai pengalaman ± 2 tahun sebagai Pengemudi Trailer, diutamakan yang masih aktif atau maksimum 1 tahun istirahat sebagai Pengemudi Trailer.
5. Pro Aktif, Ambisius, Inisiafif dan mampu bekerja dalam suatu team.
6. Mampu bekerja di lokasi terpencil.
7. Setidaknya mampu menulis dan berbicara dalam Bahasa Inggris (Pasif).
8. Sehat secara fisik maupun mental sesuai hasil pemeriksaan kesehatan oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan setolah mengikuti & lulus proses Test Penerimaan.

Jika anda prang yang tepat untuk posisi tersebut diatas, Kirimkan Surat Lamaran dengan mencantumkan kode (HV-R) pada amplop lamaran anda dengan melampirkan CV, Photocopy KTP, Ijazah, Surat Keterangan Berbadan Sehat, Surat Kelakuan Baik dari Kepolisian, Pas Photo 3 X 4 (2 Lembar) dan No. Telepon yang dapat dihubungi, ke:

PO BOX 69 Duril
Lamaran paling lambat diterima TgI. (30 September 2009), hanya yang memenuhi kualifikasi tersebut diatas yang akan dipanggil untuk mengikuti Test Penerimaan.



CATATAN:

1. Info lowongan ini adalah iklan yang diterbitkan dalam bentuk cetak di koran harian Riau Pos
2. Iklan yang diterbitkan hanya berupa iklan paket atau display, bukan iklan BARIS
3. Hingga saat ini layanan ini adalah gratis atau merupakan bonus bagi pemasang iklan lowongan di koran Riau Pos, sehingga pemasang iklan di koran TIDAK DAPAT MENUNTUT KAMI jika iklannya tidak dimuat pada versi online ini, KECUALI ada perjanjian
4. Jika anda ingin memastikan iklan anda juga tampil secara online dapat menghubungi kami
5. Jika anda hanya ingin menampilkan iklan lowongan pada versi online dapat dilakukan dengan Rp100.000,- per iklan dengan masa online maksimal 1 (satu) bulan atau sesuai dengan kebutuhan anda
6. Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi kami atau email ke info@riaupos.com.





BACA SELENGKAPNYA - Lowongan Kerja | Sub Kontraktor Jasa Perminyakan & Gas Bumi

Senin, 10 Agustus 2009

Inggris Fasilitasi Warga agar Melek Twitter

TAK seperti sejumlah negara yang pemerintahannya alergi situs jejaring sosial --seperti Iran dan Moldova, Inggris justru bersikap sebaliknya. Mereka menganggap Twitter sebagai sarana komunikasi penting. Hingga pemerintah mengeluarkan panduan cara menggunakan Twitter yang benar untuk semua pegawai negeri sipil (PNS) di seluruh Inggris Raya.

Associated Press melaporkan, panduan yang dirilis pada Selasa (28/7) itu bertujuan agar pegawai pemerintahan dapat menggunakan jasa mikro-blogging sebagai jalan alternatif lain berkomunikasi dengan publik. Juga, agar mereka terbiasa dengan kehidupan online.

Isinya lebih menekankan mengenai peraturan penggunaan Twitter dalam sektor pemerintahan. Di antaranya pegawai dituntut untuk dapat menulis pesan dalam Twitter --disebut tweet-- yang lebih manusiawi dan bisa dipercaya dalam bahasa informal. Juga, dilarang keras menyampaikan tweet yang berisi pesan kampanye.

“Twitter bisa menjadi alat penting untuk pemerintahan Partai Buruh di Inggris. Adanya panduan (penggunaan Twitter) itu menunjukkan kefamiliaran pegawai pemerintahan terhadap internet,” ujar Tom Watson, anggota parlemen dari Partai Buruh yang juga merupakan blogger aktif.

Jaringan pertemanan yang muncul pada 2006 itu memang kerap digunakan pemerintahan di seluruh dunia untuk menjaga aliran informasi bagi para pemilih. Inggris dan Amerika Serikat merupakan negara yang dikenal paling aktif menggunakan Twitter. Sebut saja akun Twitter milik Barack Obama yang memiliki anggota lebih dari 1,8 juta pengikut. Begitu juga dengan kantor Gordon Brown 10 Downing Street yang memiliki sekitar satu juta pengikut.(war/jpnn)




BACA SELENGKAPNYA - Inggris Fasilitasi Warga agar Melek Twitter

Sabtu, 08 Agustus 2009

Ekonomi Umat

Puasa senantiasa mengajak orang berbuat kebaikan. Dalam kitab Ihya ’ulumuddin, Imam Gazali menggaris bawahi puasa atas tiga tingkatan.

Pertama, pada tingkat umum puasa mengajarkan manusia untuk mencegah perut dan kemaluannya dari pada memenuhi keinginannya. Orang yang sedang berpuasa berarti sedang mengendalikan rasa lapar yang diartikan sebagai rasa kebersamaan dengan orang miskin dimana rasa itulah yang sering dialami mereka, sehingga diharapkan muncul rasa kasih sayang dan toleransi ingin membantu, apalagi hal itu diiringi dengan rasa saling memerlukan.

Karena sesungguhnya orang miskin itu tidaklah ia meminta menjadi miskin, tetapi ketika itu mereka alami, maka perhatian dari masyarakat lainnya akan mempererat hubungan silaturrahim antar sesama umat, dan tidak akan terjadi pertikaian, serta berbagai bentuk kejahatan.

Dengan demikian pengendalian rasa lapar, telah memunculkan rasa kasih sayang kepada sesama makhluk untuk kebaikan hubungan antarsesama manusia. Puasa merupakan perintah Allah, maka bagi yang mentaati-Nya akan merasakan manfaat yang luar biasa atas dirinya. Maka dari itu, orang yang berpuasa seharusnya merasa takut untuk berbuat hal-hal yang dilarang Allah. Berarti ada rasa Allah senantiasa mengawasi seluruh tindak tanduk kita, bahkan kata hati kita.

Kedua, pada tingkat puasa khusus mengajarkan kepada manusia terhadap pencegahan pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan anggota-anggota tubuh lainnya dari dosa. Apabila pada tingkatan pertama di atas, terjadi interaksi dengan pihak lain, maka pada tingkat ke dua ini, interaksi justru banyak terjadi di dalam diri sendiri. Di sini menunjukkan bagaimana Allah mengajarkan kepada manusia bahwa pengendalian diri itu penting bagi keselamatan manusia itu sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.

Dengan berpuasa, manusia disuruh menjaga seluruh anggota tubuh untuk tidak melakukan dosa, baik melalui panca indranya maupun anggota tubuh lainnya, karena pelanggaran larangan, akan membatalkan puasa kita.

Oleh karena itu, rasa marah akibat dari interaksi panca indera dan organ tubuh lainnya dapat dikendalikan dengan rasa takut kepada Allah, yang menimbulkan rasa sabar karena keperluan akan selalu dalam lingkup perlindungan-Nya sehingga menjelma menjadi rasa cinta kepada-Nya.

Ketiga, tingkat puasa khusus dari yang khusus, yaitu puasa hati dari segala cita-cita yang hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya daripada selain Allah Azzawajalla secara keseluruhan melalui peningkatan kualitas iman yang benar dan lurus yang akan menerangi kehidupan masyarakat dengan pancaran cahayanya sekaligus memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap kehidupan baik dalam pemikiran, pemahaman, perasaan, akhlak maupun aturan.

Ketika kita mengamati dinamika kehidupan ekonomi masyarakat, kita lebih banyak mendengarkan keluh kesah, baik dari sama sekali tidak berpunya, maupun yang mampu sekalipun. Iringan antara pekikan keberhasilan ekonomi masyarakat di satu sisi, berdampingan harmonis dengan pekikan kegagalan, kelambanan dan kemiskinan masyarakat kita pada sisi lain. Drama kehidupan yang demikian terjadi silih berganti dengan atau tanpa suatu pandangan tentang masa depan yang jelas.

Globalisasi ekonomi dunia dengan politiknya yang ingin menguasai wilayah lain yang lemah telah menambah keruh dan hiruk pikuknya kehidupan, baik individu, kelompok sampai kepada bangsa. Suatu dinamika yang memerlukan energi dan strategi yang prima agar dapat selamat melewatinya sampai kepada tujuan hidup yang hakiki. Pada saat ini, dalam bulan puasa ini kita masih menghadapi hal yang sama.

Sesungguhnya Islam telah memberikan solusi terhadap permasalahan itu. Ekonomi sendiri yang dalam bahasa latinnya adalah rangkaian dari kata ”Oikos” dan ”Nomos” berarti aturan rumah tangga, telah sesuai dengan pemikiran Islam, bahwa ekonomi menyangkut kepada hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, kehidupan, keturunan, dan harta benda. Harta benda diletakkan pada nomor yang terakhir, yang berarti bahwa kebahagiaan seseorang bukanlah disebabkan harta benda semata, tetapi didahului oleh keimanan, kehidupan dan keturunan.

Kondisi ini terbalik dengan pengertian dan pengamalan yang dilakukan oleh manusia dalam sistem ekonomi kapitalis, yang justru harta bendalah yang menjadi kesuksesan seseorang. Pemikiran ini merasuki pemikiran ummat Islam yang tinggal di negara-negara yang menganut sistem tersebut. Akhirnya muncullah orang-orang Islam yang mempunyai pemikiran dalam kehidupannya yang kapitalis, dan berdampak buruk terhadap imej orang akan Islam.

Oleh karena itu, pelaksanaan puasa berhubungan dengan peningkatan kualitas iman merupakan proses kejiwaan yang berhubungan dengan segenap dimensi rohani, yang meliputi akal, keinginan dan perasaan manusia dalam kehidupan. Adnan Ali Rida an-Nadwi dalam bukunya Liqa al-Mu’minin mengatakan bahwa iman bukan sekadar pesan yang diteriakkan, juga bukan pemanis bibir, melainkan keyakinan yang terpancang dalam lubuk hati, pengetahuan yang memenuhi akal pikiran, serta ajaran yang dianut oleh orang-orang yang beriman.

Meningkatnya kualitas iman manusia, berarti kualitas ekonominya juga akan bertambah baik, karena puasa berfungsi sebagai salah satu sarana yang akan membawa manusia kepada suatu kehidupan masyarakat yang jujur, diselimuti kebaikan, melahirkan keyakinan yang kuat akan kebenaran Allah, serta mengakibatkan seluruh anggota tubuh memancarkan perilaku dan amal saleh yang menimbulkan rasa bahagia.

Tatanan kehidupan masyarakat luas, yang berarti tatanan ekonomi akan terwujud seiring dengan perbaikan akhlak masyarakatnya. Ini berarti bahwa sistemlah yang menyebabkan munculnya ketidakstabilan dalam masyarakat selama ini.

Pernyataan ekonomi liberal tentang kelangkaan barang, menyebabkan orang berlomba-lomba dan serakah dalam mengumpulkan harta benda. Dalam Islam tidak pernah disebutkan kelangkaan barang, karena sesungguhnya dunia ini diciptakan Allah untuk kemaslahatan ummat, bukan kelompok golongan ataupun individu. Namun dalam sistem yang kita rasakan selama ini telah menimbulkan ini kebobrokan ke depannya. Ketika pertumbuhan ekonomi yang meningkat, seharusnya kesejahteraaan masyarakat luas juga meningkat.

Kenyataannya justru terbalik, karena kejahatan ekonomi terus naik, baik yang berupa tindakan kekerasan karena alasan ekonomi sampai kepada melakukan korupsi karena alasan ekonomi, dan bahkan justru menimbulkan model kejahatan ekonomi baru yang lebih canggih.

Dua sistem ekonomi dunia (kapitalis dan sosialis) yang berkuasa selama ini akhirnya tidak dapat mencapai kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, melainkan hanya untuk individu atau kelompok tertentu saja, sehingga menimbulkan gap yang makin lebar antara yang kaya dengan yang miskin.

Menyimak dari apa yang dikemukakan di atas, bahwa kesuksesan akan pengumpulan harta hendaklah diimbangi dengan kebahagiaan yang dicapai melalui harta tersebut, yang dalam kata lain adalah kesuksesan jasmaniah yang tidak diimbangi dengan kesuksesan rohaniah yang berakhlak, membawa efek terhadap ketidak sejahteraan masyarakat secara lahir dan bathin, sehingga menimbulkan ketimpangan yang berakhir pada keresahan. Kondisi tersebut saat ini menghantui kehidupan orang muslim sedunia.

Masyarakat muslim dunia telah mengalami ujian yang cukup berat. Berbagai mazhab (pemikiran dan keyakinan) modern yang diproduksi oleh bangsa Barat telah banyak mempengaruhi caranya berfikir dan mengambil keputusan untuk masyarakatnya. Apalagi mazhab dan pemikiran tersebut tidak memberi ruang untuk hidup agama.

Kalaupun diberi ruang, makna hakikinya didangkalkan, dilucuti dan diselewengkan sedemikian rupa dan hanya dijadikan alat untuk meninabobokkan dan menggiring masyarakat pada tujuan yang bertentangan dengan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Agama hanya ditampilkan sebagai kulit luarnya saja, seraya dijauhkan dari politik, pendidikan, budaya, dan peradaban umat manusia.

Peningkatan kualitas iman yang merupakan sasaran penguatan dari puasa menjadi sangat penting untuk pendorong, penggerak, pembangun dan percepatan alamiah sebagai sumber kekuatan meraih prestasi yang gemilang. Maka kesejahteraaan masyarakat yang hakiki akan tercapai, selain diupayakan dengan kerja keras, dan pemerataan pendapatan, juga dilandasi dengan keimanan.

Ketika saya berkesempatan ke Eropa, terlihat bahwa perbedaan kualitas hidup manusia dibedakan atas kualitas keyakinan dan kemampuan untuk mengelola keyakinan itu sendiri. Tempaan kehidupan mereka sehari-hari menumbuhkan jiwa ”struggle” yang membuat mereka mampu menghadapi berbagai cobaan.

Allah telah nyata-nyata mengatakan bahwa manusia itu selalu diuji. Untuk itu juga telah dipersiapkan berbagai jalan untuk menghadapi cobaan tersebut. Bahkan dijanjikan akan sukses, bahagia dunia dan akhirat apabila kita melaksanakan dan mencapai ridhanya. Alhmadulillah dalam bulan puasa ini bertaburan ridha Allah dan banyak fasilitas untuk mendapatkannya.

Momen bulan puasa ini dapat kita manfaatkan dengan baik, sehingga mampu membawa perubahan yang luar biasa pada diri dan masyarakat kita. Kebanggaan sebagai muslim hendaklah bertumbuh dengan baik, tanpa takut dikatakan ortodok, terkebelakang, kaku, dan tidak modern dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya Islam itu mampu mengisi seluruh aspek kehidupan baik zaman dahulu maupun dunia semodern apapun.

Apalagi puasa mengajarkan kepada kita bagaimana pedihnya rasa lapar seraya mengajak orang muslim yang mampu untuk berbagi sehingga tercipta suatu kesatuan masyarakat yang solid. Puasa mengajarkan kejujuran, karena dengan kejujuran perekonomian akan berjalan dengan baik.

Sifat yang suka menipu, mengurangi timbangan dan lainnya berubah baik dalam puasa sampai sesudah puasa sehingga menjadi way of life-nya. Dapat kita bayangkan dengan berpuasa ini, apabila masyarakat Islam secara serempak melaksanakan puasa sampai ke tingkatan ketiga yang dikemukakan oleh Imam Gazali, maka suasana kebahagiaan sebagai tujuan ekonomi akan muncul. ***


Prof Dr H Detri Karya MA Rektor Universitas Islam Riau




BACA SELENGKAPNYA - Ekonomi Umat

Kamis, 06 Agustus 2009

Pijakan Bangsa adalah Pemuda!

SECARA umum terdapat dua sudut pandang yang membuat posisi pemuda strategis dan istimewa. Pertama, secara kualitatif, pemuda memiliki idealisme yang murni, dinamis, kreatif, inovatif, dan memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial.

Idealisme yang dimaksud adalah hal-hal yang secara ideal mesti diperjuangkan oleh para pemuda, bukan untuk kepentingan diri dan kelompoknya, tetapi untuk kepentingan luas demi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.

Kedua, secara kuantitatif, terlihat bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 220 juta orang. Menurut data terakhir Depdiknas jumlah tersebut, apabila kelompok yang dikategorikan generasi muda atau yang berusia diantara 15-35 tahun, diperkirakan berjumlah lebih dari 78-90 juta jiwa atau 37-40 persen dari jumlah penduduk seluruhnya (UU akhirnya menetapkan pemuda itu berusia antara 16-30 tahun).

Kalau kriterianya 15-45 tahun tentu jumlahnya lebih besar lagi. Sebagian besar dari kelompok usia ini adalah tenaga kerja produktif yang mengisi berbagai bidang kehidupan. Karenanya bisa dipahami mengapa pemuda berpeluang menempati posisi penting dan strategis, sebagai pelaku-pelaku pembangunan maupun sebagai generasi penerus untuk berkiprah di masa depan.

Karena, pemuda memiliki kelebihan yang secara substansial terkait dengan idealismenya yang masih murni, dan sepanjang sejarahnya terbukti telah memiliki posisi dan peran yang strategis dalam menetukan arah sejarah bangsa. Dalam bidang politik, pemuda telah menujukkan sumbanganya turut mendorong proses demokratisasi bangsa.

Tugas berat kini adalah mendorong terwujudnya agenda-agenda reformasi dan demokratisasi bangsa. Maka, pemuda harus berani melakukan otokritik, sekaligus membenahi diri, meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya, dan siap berkiprah di tengah-tengah masyarakat, mewarnai berbagai kehidupan bangsa.

Bangsa ini memerlukan peran dan sumbangsih kalangan pemuda secara nyata, dan sesungguhnya tugas dan peran pemuda tidaklah ringan. Pemuda Indonesia diharapkan mampu mengambil setiap peluang yang ada dan memanfaatkanya secara baik, demi kemajuan bangsa. Masa depan bangsa ini terletak di tangan pemuda.***

bemfkip@rocketmail.com




BACA SELENGKAPNYA - Pijakan Bangsa adalah Pemuda!

Selasa, 04 Agustus 2009

Konsumerisme, Puasa dan Idul Fitri. Oleh DR Junaidi

PADA bulan Ramadan kemarin pola hidup konsumerisme sebenarnya telah terlihat dalam kehidupan kita. Seyogyanya, pada bulan Ramadan itu kita dapat berhemat tetapi kenyataannya kita lebih konsumtif.

Prilaku konsumtif mencapai puncaknya pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri kemarin. Orang akan berlomba-lomba untuk memenuhi keinginan mereka sehingga pusat-pusat perbelanjaan pun dipenuhi banyak orang. Industri modern telah menciptakan pusat-pusat perbelanjaan yang dapat menarik perhatian orang terus berbelanja sebanyak-banyaknya. Masa pelaksanaan ritual Puasa dan perayaan Idul Fitri dijadikan sebagai musim menghasilkan uang.

Pelaku industri sangat memahami bahwa orang Indonesia cenderung bersifat konsumtif pada masa Puasa dan Idul Fitri. Sistem ekonomi kapitalis telah mendorong manusia untuk selalu terlibat dalam aktivitas konsumsi secara besar-besaran. Orang dijebak berbelanja tidak lagi untuk memenuhi keperluan hidup tetapi untuk memenuhi keinginan atau nafsu.

Konsumerisme merupakan pola hidup manusia yang tidak hemat dan mengganggap barang/materi sebagai ukuran kebahagiaan. Kuatnya arus konsumerisme telah memberikan dampak negatif terhadap pelaksanaan Puasa dan Idul Fitri. Akibatnya, pelaksanaan puasa dan idul fitri yang berazaskan spiritual cenderung bersifat material sehingga mendistorsi hakikat Puasa itu sendiri.

Puasa vs Konsumerisme
Puasa bertujuan melatih manusia dalam mengelola nafsunya sebab nafsu itu mempunyai kekuatan luar biasa. Nafsu itu tidak untuk dihilangkan tetapi ia dikelola secara cerdas. Hakikat yang terkandung dalam puasa bertentangan dengan konsumerisme. Puasa melatih orang untuk mengendalikan nafsu sedangkan konsumerisme berupaya untuk membangkitkan nafsu orang agar terus berbelanja secara berlebihan guna memuaskan hasrat diri manusia. Penyedian barang-barang untuk pemenuhan hasrat manusia menjadi sektor unggulan dalam dunia industri masa kini.

Meskipun puasa bertentangan dengan konsumerisme, tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang semakin meningkat pada bulan Puasa. Kita bersifat ambigu dalam memahami Puasa. Pada satu sisi kita berjuang untuk menahan nafsu dengan cara berpuasa sedangkan pada sisi lain kita melepaskan nafsu itu dengan berprilaku konsumtif. Hubungan Puasa dan konsumerisme bertolak belakang. Puasa bersifat spiritual sedangkan konsumerisme bersifat material.

Indikator keberhasilan dalam berpuasa adalah peningkatan ketakwaan kepada Tuhan sedangkan indikator konsumerisme adalah pemenuhan nafsu atau kesenangan dengan penggunaan materi. Meskipun hakikat Puasa dan konsumerisme sangat berbeda, kita pada hari ini telah menjalankan kedua-duanya sekaligus sehingga ini menyebabkan terjadinya distorsi terhadap pesan mulia yang terkandung dalam Puasa. Kita berpuasa sambil memupuk pola hidup konsumerisme yang sebenarnya meracuni nilai-nilai spiritual yang terdapat dalam diri.

Puasa atau Memuaskan Diri
Berkembangnya prilaku konsumerisme dalam bulan Puasa atau menjelang Hari Raya Idul Fitri menunjukkan bahwa kita sebenarnya tidak secara serius memuaskan nafsu kita. Yang kita lakukan sebenarnya adalah memuaskan nafsu. Kita memang menahan nafsu sebentar tetapi setelah itu kita lepaskan dengan sepuas-puasnya dengan perbuatan konsumtif.

Dalam konteks spritualitas, konsumerisme membutakan hati manusia untuk melihat kebesaran dan kekuatan Tuhan yang bersifat spiritual sebab konsumerisme itu cenderung mengagungkan materi. Dalam konteks kemanusiaan, konsumerisme akan menghasilkan masyarakat yang mendewakan uang dan mengabaikan hubungan kemanusiaan. Uang akan dianggap segala-galanya sehingga manusia pun kehilangan kemanusiaannya.

Memaknai Kemenangan
Agama mengajarkan bahwa setelah berpuasa selama satu bulan kita akan memperoleh kemenangan. Pertanyaannya adalah bagaimana kita memaknai kemenangan itu? Apakah kemenangan yang diperoleh itu sama dengan mitos kemenangan ketika kita sedang mengikuti perlombaan? Cara kita memaknai kemenangan setelah berpuasa tampak bersifat ambigu. Setelah puasa kita memperoleh kemenangan atas keberhasilan menahan nafsu. Tetapi kita mewujudkan kemenagan itu dengan perbuatan yang tidak bersifat menahan diri.

Sebaliknya, kita mewujudkan kemenangan itu dengan perbuatan konsumerisme untuk memuaskan diri kita. Bila seperti ini yang terjadi, apakah kita sebenarnya berhak untuk memperoleh kemenangan itu? Kita mungkin tidak mendapatkan kemenangan yang sejati, melainkan kemenangan semu yang mengelabui diri kita sendiri.

Fitrah dan Mitos Serba Baru
Kita diajarkan bahwa setelah berpuasa kita akan memperoleh kesucian atau fitrah sebab kita dianggap telah berhasil menahan nafsu. Jiwa dan raga kita dianggap telah bersih dari dosa seperti kertas putih atau seperti bayi yang baru lahir. Kesucian yang diperoleh melalui puasa dikukuhkan lagi oleh zakat fitrah yang dibayarkan sebelum masuknya Idul Fitri. Semakin sempurnalah prediket kemenangan dan kesucian kita itu. Bagaimanakah tradisi kita mewujudkan konsep kesucian atau fitrah itu?

Sebagai makhluk yang kreatif, kita mempunyai tradisi khusus untuk memanifestasikan fitrah, yaitu dengan cara pengadaan barang-barang baru di sekitar kita. Kita telah melakukan proses simplifikasi atau penyederhanaan terhadap Idul Fitri dengan cara melakukan perbuatan simbolik untuk menunjukkan semangat yang terkandung dalam Idul Fitri.

Alam bawah sadar kita telah terlanjur menganggap bahwa ketika kita menggunakan barang yang serba baru maka kita berada dalam kondisi suci seperti bayi yang baru lahir itu. Kita menganggap baju baru sebagai keharusan sehingga kita akan malu bila tidak memakai baju baru. Kita pun akhirnya memaksakan diri untuk membeli barang-barang baru demi menyelamatkan harga diri kita dari pandangan mata orang lain.

Proses simplifikasi memakai barang serba baru hanya bersifat simbolik. Tidak ada hubungan yang hakiki antara Hari Raya Idul Fitri dengan baju baru. Memakai baju baru hanya suatu perbuatan simbolik untuk memberikan makna pendukung agar kondisi fitrah itu dapat diwujudkan dalam perbuatan manusia. Fitrah atau kesucian itu berada dalam hati atau jiwa manusia. Agar fitrah itu lebih terlihat secara material maka kefitrahan itu diwujudkan dengan perbuatan memakai baju baru.***

Dr Junaidi SS MHum, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unilak dan dosen S2 Ilmu Komunikasi Umri.




BACA SELENGKAPNYA - Konsumerisme, Puasa dan Idul Fitri. Oleh DR Junaidi

Minggu, 02 Agustus 2009

Menang bukan berarti baju baru

Tatkala seseorang usai menunaikan zakat maal (zakat harta) senilai 2,5 persen dari hartanya, maka sudah terpenuhilah hukum Islam (fiqh) yang dibebankan padanya.

Sementara usai membayar zakat, terlihat seorang anak miskin yang kelaparan, orang itu pun pikir-pikir untuk membantunya. Padahal zakat itu adalah standar minimal yang ditetapkan hukum Islam. Kalau Anda mau membayar lebih, tentu yang lebih ini lebih utama.

Kita selama ini lebih banyak menjalankan ibadah standar ”lunas”, tidak ada keinginan untuk lebih baik. Nah pada ibadah puasa ini Allah SWT mengisyaratkan mau pilih yang mana? Mau puasa sekadarnya saja, menahan rasa lapar dan haus, atau menjalankan ibadah puasa sebaik mungkin.

Mengutip pandangan Cak Nun —Emha Ainun Najib— manusia seperti ini adalah manusia fiqh, yakni melaksanakan ibadah sebatas anjuran fiqh. Kalau sudah melaksanakan ibadah sesuai dengan rukunnya, maka sudah selesailah urusannya ibadahnya pada Allah.

Pada tahap ini, kesadaran manusia beragama baru pada taraf sekadar menjalankan aturan main dari Allah atau agama. Misalnya, kalau zakat mensyaratkan cukup 2,5 persen, padahal ia mampu 10 persen, maka yang ia pilih adalah yang 2,5 persen. Dengan kata lain, yang ia pilih hanyalah sekadar untuk memenuhi ritual sesuai hukum fiqh.

Di atas manusia fiqh adalah cinta atau hub. Kalau orang sampai pada tataran ini, ia tidak lagi sekadar memenuhi aturan hukum fiqh. Ia akan melakukan apa saja yang terbaik bagi ciptaan Allah berdasarkan rasa cinta. Ia akan rela menolong siapa saja meskipun hukum, misalnya, tidak mewajibkan hal itu. Sederhana saja, landasannya adalah rasa cinta.

Di atas cinta adalah takwa, yang merupakan tujuan utama berpuasa. Salah satu ciri orang yang betakwa adalah menyerahkan semua hidupnya hanyalah kepada Allah. Ia hanya menangis di hadapan Allah dan tidak di hadapan manusia. Ia tidak akan berbalik perilakunya meskipun puasa telah berlalu.

Makanya Allah pun isyaratkan manusia yang benar-benar menjalankan ibadah puasa akan memperoleh titel takwa. Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus alias sekadar lunas. Puasa baginya merupakan proses pendidikan rohani. Ia akan kreatif memainkan kecerdasan emosional, intelektual, dan kecerdasan spiritual untuk mencari hikmah di balik puasa.

Misalnya ia makin paham bahwa ketika siang hari nafsunya menuntun akan menghabiskan seluruh makanan yang ada di meja saat buka puasa nanti, begitu berbuka tiba, ia baru sadar bahwa nafsu besar tadi akan ditolak oleh perut. Perut adalah bagian badan yang jujur bahwa ia memiliki keterbatasan. Di sinilah ibadah puasa itu menjelaskan mana sejati dan mana yang palsu.

Islam memang menganjurkan kita memperoleh harta yang berlimpah, tetapi tidak untuk dikonsumsi sendiri. Harta itu harus bermanfaat. Harta itu tidak akan bisa dibawa mati. Tapi ada cara lain, bagaimana agar harta itu bisa dibawa mati. Caranya? Ya dimanfaatkan untuk kebaikan. Harta itu bermanfaat bagi orang lain, dan dari manfaat itulah pahalanya bisa dibawa pulang ke ‘’kampung akhirat”.

Padahal puasa mengajarkan mana yang sejati dan mana yang palsu. Yang sejati bisa di bawa mati, sedangkan yang palsu hanya menjadi rebutan anak cucu ketika ia meninggal. Islam juga mempersilakan umatnya untuk mencari harta sebanyak mungkin, asal halalal dan thoyyiban. Dan yang penting, harta adalah benda material yang harus ditransformasikan menjadi “energi” agar dapat di bawa mati.

Dalam term agama disebut “diamalsalehkan”. Sebuah mobil yang ia miliki tidak bisa dibawa mati kalau hanya berujud mobil. Benda itu dapat dibawa mati ketika diamalkan, misalnya sering untuk menolong tetangga yang memerlukannya. Pokoknya, mobil itu bermanfaat bagi umat.

Yang terjadi pada bulan puasa adalah kebaikan semu. Lihat saja nanti begitu menjelang hari raya kurang tiga hari, orang sudah lupa Salat Tarawih, sudah lupa bersedekah, lupa berpenampilan baik dan sabar. Yang ia pikirkan adalah memenuhi nafsu memborong segala keperluan yang berlebihan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Memang Idul Fitri bukanlah suatu yang akhir. Masih akan ada perjuangan yang harus dilalui sesudahnya. Seperti yang pernah diisyaratkan Rasulullah seusai Perang Badr di akhir Ramadan. Bahwa, dari perang kecil (Perang Badr) masih ada perang yang lebih besar untuk menegakkan agama yang benar.

Beragama yang benar adalah nasihat menasihati. Sabda Rasul: Addinun Nashihhat, arti nasehat bukan sekadar membimbing dengan kata-kata, tetapi menunjukkan serta mendukung segala kebajikan dengan amal perbuatan, sehingga pemberi nasihat mengantar orang yang dinasihati kepada suasana keterbukaan, tenggang rasa, serta insyaf bahwa keperluan manusia tidak dapat dipenuhi kecuali dengan bantuan orang lain.

Yang lebih penting, semoga saja tak cuma simbol yang melekat pada diri kita selepas puasa sebulan penuh ini. Segala aspek kehidupan yang lurus yang kita jalani selama Ramadan ini hendaknya menjadi titik tolak untuk melangkah ke depan. Hal ini kita mulai dari diri kita sendiri, barulah kemudian ke jenjang yang lebih besar yakni saudara, keluarga, tetangga, hingga masyarakat luas.

Adapun mengenai perayaan Idul Fitri yang berbeda waktu, janganlah dijadikan perdebatan dan masalah besar. Sebaliknya, terimalah perbedaan itu sebagai rahmat dan tetap menjalin tali silaturahmi. Bukankah diturunkan ajaran Islam ini untuk rahmatan lil alamin.

Masih ingat di saat kita masih anak-anak dulu kala. Hari Raya Idul Fitri merupakan hari yang sangat indah. Bukan berarti harus berbaju baru atau makanan yang lezat, tetapi orang tua kita mengajarkan pada diri kita bahwa kita telah ”menang”, karena selama Ramadan kita berhasil puasa penuh. Sikap seperti ini yang nampaknya mulai luntur.

Tapi zaman sekarang sudah bergeser, mereka yang tidak puasa tetap percaya diri merayakan hari raya. Walau hari rayanya terasa hambar.

Sementara mereka yang puasa penuh, merayakan hari raya dengan kesederhanaan tetapi nikmat, walau tidak ada baju baru dan makanan lezat. Bagai anak kecil yang belajar puasa, berhasil satu hari penuh. Akan terkenang sampai akhir hayatnya. Yang menjadi pertanyaan, di posisi mana kita saat ini?***


Bagus Santoso SAg MP, mantan wartawan Riau Pos, diamanahkan jadi anggota DPRD Riau




BACA SELENGKAPNYA - Menang bukan berarti baju baru

Sabtu, 01 Agustus 2009

Ledakan Penduduk Usai Lebaran di Pekanbaru : Baby Boom Masih Jadi Momok Menakutkan di ‘’Negeri Gula’’

PEMUDIK jangan lagi membawa tenaga kerja di desa ke kota, kalau itu nantinya akan jadi beban baru di kota. Ingat, hidup di kota tidak jauh lebih baik dibanding di kota, kalau tidak memiliki skill yang dibutuhkan.

SORE ini, puasa usai—menyusul datangnya Hari Raya Idul Fitri 1430 H. Pada masa-masa seperti ini biasanya diwarnai dengan terlihat tradisi mudik lebaran yang dilakukan peduduk yang bermukim di sejumlah kota di tanah air—termasuk kota-kota yang ada di Riau.

Kegiatan mudik atau ‘’pulang basamo’’ itu tidak hanya dilakukan oleh para penduduk legal, tapi juga yang illegal dalam artian mereka yang datang ke kota sebelumnya tampa melapor atau tercatat sebagai penduduk kota. Jumlahnya pun cukup banyak, baik berprofesi sebagai pedagang, kuli bangunan, buruh kasar bahkan juga gelandangan dan pengemis. Secara bergelombang—beberapa hari menjelang lebaran bahkan juga pada hari lebaran itu pun mereka ada yang meninggalkan kota menuju kampung halaman untuk berkumpul sanak saudara—atau ada juga yang hanya sekadar jalan-jalan.

Di Pekanbaru sendiri misalnya para pemudik mayoritas memadati arus lintas barat dengan sasaran Sumatera Barat. Karena memang mayoritas penduduk Kota Pekanbaru diisi oleh pendatang dari Sumbar. Selain itu juga tidak sedikit yang memadati arus utara dengan daerah sasaran Sumatera Utara dan Aceh, menyusul lintas selatan menuju ke Jakarta dan ke sejumlah daerah lainnya di Povinsi Riau sendiri.

Tidak berapa lama setelah lebaran, biasanya pemandangan yang sama kembali terlihat. Kalau tadi penduduk kota yang mudik ke desa, maka setelah lebaran mereka pun kembali berbondong-bondong ke kota untuk mencari penghidupan karena beranggapan bahwa hidup di kota lebih menjanjikan dibanding di desa.

Mereka menilai kota-kota termasuk yang ada di Riau ibarat gula manis yang selalu jadi inceran semut-semut. Sehingganya yang melakukan arus balik setelah lebaran itu tidak hanya orang-orang kota yang sebelumnya mudik, tapi juga diboncengi oleh pendatang baru.

Kalaulah para pendatang baru itu merupakan tenaga potensial yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja di perkotaan mungkin tidak akan masalah—walaupun untuk mencari lapangan pekerjaan di kota sebenarnya semakin sulit. Persoalan akan muncul apabila yang datang ke kota itu adalah tenaga potensial yang tidak memiliki skill atau keahlian tertentu yang dibutuhkan di kota.

Bahkan kalau yang datang ke kota itu berasal dari kalangan keluarga miskin dengan jumlah anakn banyak akan menjadi persoalan baru di bidang kependudukan di kota.

Jumlah pengangguran dipastikan akan makin banyak, tingkat kemiskinan akan membengkak. Dan ini akan jadi masalah social lainnya, seperti kurangnya tingkat layanan kesehatan, sulitnya mendapatkan akses pendidikan bagi anak-anak dan persoalan lainnya.

Bahkan bukan tidak mungkin akibat minimnya akses kesehatan bagi pendatang baru dari kalangan keluarga tidak mampu (miskin) akan mengakibatkan pertumbuhan penduduk miskin yang disebabkan angka kelahiran kan makin bertambah.

Kelompok-kelompok keluarga miskin dengan jumlah anggota keluarga (anak) banyak ini pun akhirnya mengakibatkan jumlah penduduk miskin baru. Jika ini yang terjadi, maka momok yang menakutkan—‘’baby boom’’ itu dating juga. Ini jelas akan menjadi beban social yang amat berat bagi pemerintah ke depannya.

Padahal sebaliknya—banyak yang tak paham bahwa sebenarnya hidup di desa yang lebih menjanjikan dibanding di perkotaan asalkan ada kemauan untuk berkarya, berbuat dan berkembang. Hidup sebagai pertanian, peternakan, di bidang perikanan atau wiraswasta dan sebagainya di desa akan lebih baik dibanding jadi pemulung, kuli kasar atau sejenisnya di kota.

Untuk mengantisipasi hal itu perlu upaya bersama, yang tidak hanya dating dari pemerintah semata, tapi juga semua lapisan masyarakat, lembaga social untuk mengkampanyekan bahwa hidup di kota tidak lebih baik disbanding di desa. Bahkan kepada para pemudik pun harus diingatkan bahwa tidak perlu membawa warga tenaga kerja di desa ke kota, kalau nanti akan jadi masalah baru di kota. Ini penting untuk menghindari terjadinya ledakan penduduk di ‘’negeri gula’’ yang bernama kota.

Akhirnya selamat mudik, selamat Idul Fitri 1430 H, minnal aidin wal faizin, maaf zahir dan bathin.

Catatan Yasril




BACA SELENGKAPNYA - Ledakan Penduduk Usai Lebaran di Pekanbaru : Baby Boom Masih Jadi Momok Menakutkan di ‘’Negeri Gula’’